Nanjak di tahun baru
Carita bermula ketika Ane pulang dari gunung Marapi, Ane dan
rekan-rekan ingin kembali merasakan hangatnya di ketinggian. Sambil mengobrol
di tempat kerja, lalu senior kami bertanya “Kemana tahun baru?”. Dan terlintas
dipikiran kami untuk kembali mendaki.
Dan akhirnya kami memilih gunung Singgalang, karena lokasinya
yang bersebelahan dengan gunung Marapi dan memiliki pemandangan yang unik yaitu
Telaga dewi.
Meskipun treknya sulit karena memiliki hutan tropis yang
lebat serta cuaca musim hujan, kami tetap ingin merasakan sensasi yang dimiliki
oleh Singgalang. Karena tiap gunung memiliki sensasi yang berbeda-beda.
Awalnya rencana kami berjumlah 14 orang, ternyata sebagian
lagi memutuskan berangkat lebih awal. Dan dari 4 rekan yang ikut ke Marapi
kemaren, hanya satu orang yang ikut ke Singgalang. Kami pun berencana berjumpa
di Telaga dewi.
Ane mengajak rekan-rekan dari kampus ane. Dan setelah proses
pencarian selesai akhirnya 7 orang yang berangkat.
Sebagai ketua rombongan Ane kembali mengingatkan rekan-rekan
untuk mempersiapkan semua kebutuhan dan jika ada masalah langsung di sampaikan.
Berita buruk datang sehari sebelum kebrangkatan, jalan
menuju Bukittinggi longsor dan banjir, kami tetap ingin melanjutkan perjalanan.
Akhirnya hari yang ditunggu datang, sepulang kerja Ane
mandi. Ane berpamitan dengan Orang tua.
Pukul 5 kami berangkat memilih rute kiliran jao (Taluk
kuantan). Sepanjang perjalanan hujan mengiringi perjanan. Karena jarang
melewati rute tersebut kami menggunakan GPS dari google map untuk menuntun
perjalanan kami.
Pukul 11 malam kami mengisi perut dengan ayam penyet di kota
Taluk.
Selepas kenyang kami melanjutkan perjalanan, pukul 2 dini
hari kami sampai di kota Solok. Kami menikmati keindahan malam Dananu Singkarak
yang dikelilingi cahaya lampu nelayan dan terang bulan.
Pukul 5 subuh kami sampai di pasar koto baru (rute pendakian
Singgalang). 20 menit dari pasar kami sampai di posko 1 (Pendaftaran).
Pukul 5.30 subuh kami mempersiapkan semua peralatan dan
mengisi perut dengan pop mi yang dijual di lapau posko 2.
Pukul 6.30 Fajar pun mulai terbit, kami berdo’a untuk
memulai perjalanan.
Rute pertama kami melewati lorong bambu yang lebat, kami
berjalan menunduk bahkan tiarap. Sesekali carel yang Ane bawa tersangkut
diranting bambu.
Setelah satu jam melewati lorong bambu, ternyata benar
Singgalang merupakan jalur pendakian yang paling sulit yang ada di Sumatera
barat.
Sepanjang perjalanan kami melihat hutang yang masih lebat
serta jalan yang berlumpur dikarenakan musim hujan. Seekor pacet berhasil
menggigit tangan Ane. Darah terus mengalir dari tangan.
Gerimis mulai mengiringi perjalanan kami, kami berhenti sejenak
untuk menggunakan mantel sambil mengisi tenaga dengan biskuit.
Sepanjang perjalanan kami bertegur sapa dengan pendaki
lainnya yang berasal dari daerah yang berbeda-beda dengan alasan yang sama (Tahun
baru dipuncak Singgalang).
Pukul 11 hujan mulai lebat, kami tetap melanjutkan
perjalanan dan berhenti sejenak di pohon-pohon besar yang kami lewati.
Pukul 1 siang kami memutuskan untuk mendirikan tenda di
karenakan hujan semakin lebat dan perut pun mulai berteriak. Disaat bersamaan
Ane bertemu dengan rekan-rekan yang Ane ceritakan di awal. Ternyata mereka
ingin melanjutkan perjalanan ke puncak. Dan kami tetap mendirikan tenda.
Kami pergi ke mata air untuk mengambil air dan membasuh
lelah selama perjalalan.
Kami mulai mendirikan tenda dan memasak mie dan kopi untuk
mengusir rasa lapar yang ada. Sebagian dari rekan Ane baru pertama kali
merasakan kehangatan berada di dalam tenda dia area gunung. So have fun aja
Setelah matahari kembali bersinar, kami melanjutkan
perjalanan menuju Telaga dewi.
Ternyata rute perjalanan semakin terjal dan mendaki ditambah
tanah yang semakin berlumpur. Seekor pacet kembali menggigit kaki Ane. Darah
pun terus keluar.
Hari mulai gelap kami belum sampai di Telaga dan lelah pun kembali
menghampiri.
Akhirnya kami sampai di cadas, kami pun mendirikan 2 tenda
untuk bermalam dan melanjutkan perjalanan esok pagi.
Setelah mendirikan 2 tenda hujan badai pun datang, kami
mulai mengkonsumsi logistik yang telah kami bawa. Kami memasak nasi, sosis, dan
nuget.
Hujan pun semakin deras, ternyata tenda kami banjir. Kami
pun menggeser tenda ke tempat yang kering. Rasa dinging menyelimuti tubuh kami,
dan kami kembali mengusir nya dengan secangkir kopi hangat.
Cuaca gerimis,Ane keluar dari tenda untuk melihat pesta
kembang api yang ada di puncak Singgalang. Karena sebagian dari rekan-rekan
sudah tertidur lelap. Ane beruntung bisa menikmati detik-detik pergantian
tahun. Subhanallah
Mata pun mulai lelah dan kondisi tenda yang basah, Ane tidur
dengan keadaan duduk. Dan tak lama kemudian Ane pun tumbang hampir mengenai
kompor, beruntung ada rekan yang manahan. Akhirnya Ane pindah ke tenda sebelah
dan meminta bergantian tidur. Arggrgrgggrggrhrh
Cuaca dingin membuat Ane tidak bisa tidur lelap, setiap 30
menit Ane terbangun. Dan setelah beberapa kali terbangun Ane terkejut mendengar
suara orang mengaji di puncak gunung. Ane pun keluar tenda, ternyata rekan Ane
yang memutar mp3. hahahaha
Subuh mulai datang mata pun sudah tidak bisa tidur
kembali.
Fajar mulai terbit dan cuaca gerimis, kami kembali sarapan
dan menikmati secangkir wedang.
Pukul 9 gerimis mulai reda kami bersiap untuk menaiki puncak
dan mengabadikan moment bersama. Gunung Marapi terlihat megah dan kokoh berdiri
di langit sumatera barat.
Setelah puas mengabadikan momen, kami pun berkemas dan
segera turun.
Pukul 11 kami turun, diperjalanan ternyata masih banyak
pendaki lain yang ingin ke puncak.
Selama perjalanan turun Ane hanya menggunakan kaus kaki.
Wooow kaki ini mati rasa karena medan yang licin dan dingin.
Diperjalanan kami kehabisan logistik, beruntung kami bertemu
dengan ibuk-ibuk dengan anaknya yang membawa air segar dari Telaga dewi. Terima
kasih buk
Selepas dahaga kami mempercepat langkah kami untuk mencapai
sumber mata air yang ada di pos tempat kami berehenti kemaren.
Dalam perjalanan turun kami melihat cuaca cerah berawan yang
menghiasi langit di Singgalang.
Akhirnya kami sampai juga di mata air, Ane langsung membasuh
badan dan minum dengan air yang luar biasa segarnya.
Selepas mambasuh badan kami kembali melanjutkan perjalanan
turun, awan mendung pun mengiringi perjalanan.
Dan satu jam dari mata air akhirnya hujan lebat pun turun.
Kami tetap melanjutkan perjalanan, karena hari semakin gelap (pukul 4 sore).
Cuaca mulai tidak bersahabat dan jalur yang semakin licin
membuat kami beberapa kali terjatuh.
Kami pun beberapa kali berhenti di bawah pohon-pohon besar
ditengah hujan yang lebat.
Akhirnya kami sampai di terowongan bambu yang panjang.
pemandangan yang gelap ditambah arus air hujan dari puncak yang mengalir di
sela-sela terowongan yang kami lalui. Kami pun beberapa kali terjatuh.
Selama satu jam lebih kami menyusuri terowongan bambu,
akhirnya kami sampai di jalur penurun terakhir menuju posko.
Dikarekan jalur yang licin berlumpur dan turunan, kami pun
langsung berselunjur diatas turunan sepanjang 30 meter tersebut. Bahkan teman
Ane ada yang terpental jauh hampir memasuki area persawahan.
Akhirnya sampai juga, kami pun segera membersihkan badan dan
peralatan.
Setelah perjalanan turun yang menantang kami menikmati
secangkir kopi dan gorengan hangat yang ada di posko.
Pukul 7 malam kami meninggalkan posko. dan mencari rumah
makan terdekat.
Dan kami berhenti di terang bulan untuk mengisi amunisi
perut yang sudah habis.
Setelah full kami pun kembali melanjutkan perjalanan menuju
Pekanbaru.
Pukul 7 pagi kami pun sampai di Pekanbaru dengan selamat.
Alhamdulillah perjalanan yang luar biasa di tahun baru 2018...
berikut video perjalanan kami
Terimakasih untuk kunjungannya :)
Baca Juga ( Tips Mendaki Gunung )
0 comments:
Post a Comment