Real men don't love the most beautiful girl in the world. They love the girl, who can make their world most beautiful.

Saturday, 10 February 2018

Nanjak di tahun baru (Singgalang)


Nanjak di tahun baru

Carita bermula ketika Ane pulang dari gunung Marapi, Ane dan rekan-rekan ingin kembali merasakan hangatnya di ketinggian. Sambil mengobrol di tempat kerja, lalu senior kami bertanya “Kemana tahun baru?”. Dan terlintas dipikiran kami untuk kembali mendaki.
Dan akhirnya kami memilih gunung Singgalang, karena lokasinya yang bersebelahan dengan gunung Marapi dan memiliki pemandangan yang unik yaitu Telaga dewi.
Meskipun treknya sulit karena memiliki hutan tropis yang lebat serta cuaca musim hujan, kami tetap ingin merasakan sensasi yang dimiliki oleh Singgalang. Karena tiap gunung memiliki sensasi yang berbeda-beda.
Awalnya rencana kami berjumlah 14 orang, ternyata sebagian lagi memutuskan berangkat lebih awal. Dan dari 4 rekan yang ikut ke Marapi kemaren, hanya satu orang yang ikut ke Singgalang. Kami pun berencana berjumpa di Telaga dewi.
Ane mengajak rekan-rekan dari kampus ane. Dan setelah proses pencarian selesai akhirnya 7 orang yang berangkat.
Sebagai ketua rombongan Ane kembali mengingatkan rekan-rekan untuk mempersiapkan semua kebutuhan dan jika ada masalah langsung di sampaikan.
Berita buruk datang sehari sebelum kebrangkatan, jalan menuju Bukittinggi longsor dan banjir, kami tetap ingin melanjutkan perjalanan.
Akhirnya hari yang ditunggu datang, sepulang kerja Ane mandi. Ane berpamitan dengan Orang tua.
Pukul 5 kami berangkat memilih rute kiliran jao (Taluk kuantan). Sepanjang perjalanan hujan mengiringi perjanan. Karena jarang melewati rute tersebut kami menggunakan GPS dari google map untuk menuntun perjalanan kami.
Pukul 11 malam kami mengisi perut dengan ayam penyet di kota Taluk.
Selepas kenyang kami melanjutkan perjalanan, pukul 2 dini hari kami sampai di kota Solok. Kami menikmati keindahan malam Dananu Singkarak yang dikelilingi cahaya lampu nelayan dan terang bulan.
Pukul 5 subuh kami sampai di pasar koto baru (rute pendakian Singgalang). 20 menit dari pasar kami sampai di posko 1 (Pendaftaran).
Pukul 5.30 subuh kami mempersiapkan semua peralatan dan mengisi perut dengan pop mi yang dijual di lapau posko 2.
Pukul 6.30 Fajar pun mulai terbit, kami berdo’a untuk memulai  perjalanan.
Rute pertama kami melewati lorong bambu yang lebat, kami berjalan menunduk bahkan tiarap. Sesekali carel yang Ane bawa tersangkut diranting bambu.
Setelah satu jam melewati lorong bambu, ternyata benar Singgalang merupakan jalur pendakian yang paling sulit yang ada di Sumatera barat.
Sepanjang perjalanan kami melihat hutang yang masih lebat serta jalan yang berlumpur dikarenakan musim hujan. Seekor pacet berhasil menggigit tangan Ane. Darah terus mengalir dari tangan.
Gerimis mulai mengiringi perjalanan kami, kami berhenti sejenak untuk menggunakan mantel sambil mengisi tenaga dengan biskuit.
Sepanjang perjalanan kami bertegur sapa dengan pendaki lainnya yang berasal dari daerah yang berbeda-beda dengan alasan yang sama (Tahun baru dipuncak Singgalang).
Pukul 11 hujan mulai lebat, kami tetap melanjutkan perjalanan dan berhenti sejenak di pohon-pohon besar yang kami lewati.
Pukul 1 siang kami memutuskan untuk mendirikan tenda di karenakan hujan semakin lebat dan perut pun mulai berteriak. Disaat bersamaan Ane bertemu dengan rekan-rekan yang Ane ceritakan di awal. Ternyata mereka ingin melanjutkan perjalanan ke puncak. Dan kami tetap mendirikan tenda.
Kami pergi ke mata air untuk mengambil air dan membasuh lelah selama perjalalan.
Kami mulai mendirikan tenda dan memasak mie dan kopi untuk mengusir rasa lapar yang ada. Sebagian dari rekan Ane baru pertama kali merasakan kehangatan berada di dalam tenda dia area gunung. So have fun aja
Setelah matahari kembali bersinar, kami melanjutkan perjalanan menuju Telaga dewi.
Ternyata rute perjalanan semakin terjal dan mendaki ditambah tanah yang semakin berlumpur. Seekor pacet kembali menggigit kaki Ane. Darah pun terus keluar.
Hari mulai gelap kami belum sampai di Telaga dan lelah pun kembali menghampiri.
Akhirnya kami sampai di cadas, kami pun mendirikan 2 tenda untuk bermalam dan melanjutkan perjalanan esok pagi.
Setelah mendirikan 2 tenda hujan badai pun datang, kami mulai mengkonsumsi logistik yang telah kami bawa. Kami memasak nasi, sosis, dan nuget.
Hujan pun semakin deras, ternyata tenda kami banjir. Kami pun menggeser tenda ke tempat yang kering. Rasa dinging menyelimuti tubuh kami, dan kami kembali mengusir nya dengan secangkir kopi hangat.
Cuaca gerimis,Ane keluar dari tenda untuk melihat pesta kembang api yang ada di puncak Singgalang. Karena sebagian dari rekan-rekan sudah tertidur lelap. Ane beruntung bisa menikmati detik-detik pergantian tahun. Subhanallah
Mata pun mulai lelah dan kondisi tenda yang basah, Ane tidur dengan keadaan duduk. Dan tak lama kemudian Ane pun tumbang hampir mengenai kompor, beruntung ada rekan yang manahan. Akhirnya Ane pindah ke tenda sebelah dan meminta bergantian tidur. Arggrgrgggrggrhrh
Cuaca dingin membuat Ane tidak bisa tidur lelap, setiap 30 menit Ane terbangun. Dan setelah beberapa kali terbangun Ane terkejut mendengar suara orang mengaji di puncak gunung. Ane pun keluar tenda, ternyata rekan Ane yang memutar mp3. hahahaha
Subuh mulai datang mata pun sudah tidak bisa tidur kembali. 
Fajar mulai terbit dan cuaca gerimis, kami kembali sarapan dan menikmati secangkir wedang.
Pukul 9 gerimis mulai reda kami bersiap untuk menaiki puncak dan mengabadikan moment bersama. Gunung Marapi terlihat megah dan kokoh berdiri di langit sumatera barat.
Setelah puas mengabadikan momen, kami pun berkemas dan segera turun.
Pukul 11 kami turun, diperjalanan ternyata masih banyak pendaki lain yang ingin ke puncak.
Selama perjalanan turun Ane hanya menggunakan kaus kaki. Wooow kaki ini mati rasa karena medan yang licin dan dingin.
Diperjalanan kami kehabisan logistik, beruntung kami bertemu dengan ibuk-ibuk dengan anaknya yang membawa air segar dari Telaga dewi. Terima kasih buk
Selepas dahaga kami mempercepat langkah kami untuk mencapai sumber mata air yang ada di pos tempat kami berehenti kemaren.
Dalam perjalanan turun kami melihat cuaca cerah berawan yang menghiasi langit di Singgalang.
Akhirnya kami sampai juga di mata air, Ane langsung membasuh badan dan minum dengan air yang luar biasa segarnya.
Selepas mambasuh badan kami kembali melanjutkan perjalanan turun, awan mendung pun mengiringi perjalanan.
Dan satu jam dari mata air akhirnya hujan lebat pun turun. Kami tetap melanjutkan perjalanan, karena hari semakin gelap (pukul 4 sore).
Cuaca mulai tidak bersahabat dan jalur yang semakin licin membuat kami beberapa kali terjatuh.
Kami pun beberapa kali berhenti di bawah pohon-pohon besar ditengah hujan yang lebat.
Akhirnya kami sampai di terowongan bambu yang panjang. pemandangan yang gelap ditambah arus air hujan dari puncak yang mengalir di sela-sela terowongan yang kami lalui. Kami pun beberapa kali terjatuh.
Selama satu jam lebih kami menyusuri terowongan bambu, akhirnya kami sampai di jalur penurun terakhir menuju posko.
Dikarekan jalur yang licin berlumpur dan turunan, kami pun langsung berselunjur diatas turunan sepanjang 30 meter tersebut. Bahkan teman Ane ada yang terpental jauh hampir memasuki area persawahan.
Akhirnya sampai juga, kami pun segera membersihkan badan dan peralatan.
Setelah perjalanan turun yang menantang kami menikmati secangkir kopi dan gorengan hangat yang ada di posko.
Pukul 7 malam kami meninggalkan posko. dan mencari rumah makan terdekat.
Dan kami berhenti di terang bulan untuk mengisi amunisi perut yang sudah habis.
Setelah full kami pun kembali melanjutkan perjalanan menuju Pekanbaru.

Pukul 7 pagi kami pun sampai di Pekanbaru dengan selamat.

Alhamdulillah perjalanan yang luar biasa di tahun baru 2018...

berikut video perjalanan kami


Terimakasih untuk kunjungannya :)

Baca Juga ( Tips Mendaki Gunung )
Location: Blok A No. 10, Ruko Centre Park, Jalan Simpang Kara, Taman Baloi, Batam Kota, Kota Batam, Kepulauan Riau 29444, Indonesia

Related Posts:

0 comments:

Post a Comment