TUGAS
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK
DOSEN
: M AHYARUDDIN,SE,M.Sc,AK

ANGGOTA
KELOMPOK :
1. NURAINI
ALFIANTI
2. JANES
3. SALIM
AL AFIF
KELAS
: 5AKB3
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH RIAU
2017
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anggaran merupakan pernyataan
mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu
yang dinyatakan dalam ukuran finansial, sedangkan penganggaran adalah proses
atau metode untuk mempersiapkan suatu anggaran. Menurut National Committee on
Governmental Accounting (NCGA), saat ini Governmental Accounting Standarts
Board (GASB), definisi anggaran (budget) adalah rencana operasi keuangan, yang
mencakup estimasi pengeluaran yang diusulkan, dan sumber pendapatan yang
diharapkan untuk membiayainya dalam periode waktu tertentu.
Dalam organisasi sektor
publik, penganggaran merupakan suatu proses politik. Pada sektor swasta,
anggaran merupakan bagian dari rahasia perusahaan yang tertutup untuk publik,
sebaliknya pada sektor publik anggaran justru harus diinformasikan kepada publik
untuk dikritik, didiskusikan, dan diberi masukan.
Anggaran sektor publik penting
karena beberapa alasan, yaitu karena anggaran merupakan alat bagi pemerintah
untuk mengarahkan sosial-ekonomi, menjamin kesinambungan, dan meningkatkan
kualitas hidup masyarakat, anggaran juga diperlukan karena adanya masalah
keterbatasan sumber daya sedangkan keinginan masyarakat yang tak terbatas dan
terus berkembang, dan anggaran juga diperlukan untuk menyakinkan bahwa
pemerintah telah bertanggung jawab terhadap rakyat.
Pada dasarnya terdapat
beberapa jenis pendekatan dalam perencanaan dan penyusunan anggaran sektor
publik. Secara garis besar terdapat dua pendekatan utama yang memiliki
perbedaan mendasar. Kedua pendekatan tersebut adalah anggaran tradisional atau
anggaran konvensional dan pendekatan baru yang sering dikenal dengan pendekatan
New
Public Management.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka kami
merumuskan beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
1.
Bagaimanakah perkembangan Anggaran
Sektor Publik ?
2.
Apakah pengertian dari Anggaran
Tradisional ?
3.
Bagaimanakah Manajemen Anggaran Publik
dengan Pendekatan New Public Management
(NPM) ?
4.
Apakah Pengertian Anggaran Kinerja dan
Pedekatan Zero Bazed Budgeting?
5.
Bagaimanakah Manajemen Anggaran Publik
dengan Pendekatan Planning, Programming, and Budgeting System (PPBS) ?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah
yang telah dikemukakan di atas, maka kami menyusun beberapa tujuan penulisan makalah
ini sebagai berikut :
1. Untuk
menjelaskan perkembangan Anggaran Sektor Publik.
2. Untuk
menjelaskan Anggaran Tradisional.
3. Untuk
menjelaskan manajemen Anggaran Publik dengan pendekatan New Public Management
(NPM).
4. Untuk
Menjelaskan Manajemen Anggaran Publik dengan Pendekatan Planning, Programming,
and Budgeting System (PPBS).
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Perkembangan Anggaran Sektor Publik
Dalam
perkembangannya sistem anggaran sektor publik telah menjadi instruksi kebijakan
multifungsi yang digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan organisasi. Agar
fungsi perencanaan berjalan dengan baik maka sistem anggaran pencatatan
penerimaan dan pengeluaran harus dilakukan dengan cermat dan sistematis.
Sistem perencanaan anggaran berkembang
dan berubah sesuai dengan dinamika perkembangan manajemen perkembangan sektor
publik dan tuntutan yang berkembang dimasyarakat. Ada dua pendekatan dalam
perkembangan dan penyusunan anggaran sektor publik, yaitu: (a) Anggaran
Tradisional atau anggaran konvensional (b) Pendekatan baru yang sering dikenal
dengan pendekatan New Public Management.
B. Anggaran Tradisional
Anggaran
tradisional merupakan pendekatan yang banyak digunakan oleh negara berkembang.
Cara pendekatan anggaran tradisional : cara penyusutan anggaran yang didasarkan
atas pendekatan incrementalism dan struktur anggaran yang bersifat line item.
Berikut
ini pembahasan dua ciri utama anggaran tradisional yakni sebagai berikut:
a.
Incrementalism
Yaitu
hanya menambah dan mengurangi jumlah rupiah pada item-item anggaran yang sudah
ada sebelumnya dengan menggunakan data tahun sebelumnyasebagai dasar untuk
menyesuaikan besarnya penambahan atau pengurangan tanpa dilakukan kajian
mendalam.
Penekanan dan tujuan
utama pendekatan tradisional adalah pada pengawasan dan pertanggungjawaban yang
terpusat. Maksud dari incrementalism yaitu
hanya menambah atau mengurangi jumlah rupiah pada item-item anggaran yang sudah
ada sebelumnya dengan menggunakan data
tahun sebelumnya sebagai dasar untuk menyesuaikan besarnya penambahan atau
pengurangan tanpa dilakukan kajian yang mendalam.
Masalah utama anggaran
tradisional adalah terkait dengan tidak adanya perhatian terhadap konsep value for money. Konsep ekonomi,
efisiensi dan efktivitas seringkali tidak dijadikan pertimbangan dalam
penyusunan anggaran tradisional.
Anggaran tradisional
cenderung menggunakan konsep historic
cost of service. Akibat digunakan konsep ini adalah suatu item. Program,
atau kegiatan akan muncul lagi dalam anggaran tahun berikutnya meskipun
sebenarnya item tersebut sudah tidak dibutuhkan. Perubahan anggaran hanya menyentuh
jumlah nominal rupiah yang disesuaikan dengan tingkat inflasi, jumlah penduduk,
dan penyesuaian lainnya.
b.
Line Item
Sifat ini didasarkan
atas dasar sifat dari penerimaan dan pengeluaran. Metode ini tidak memungkinkan
untuk menghilangkan item-item penerimaan atau pengeluaran yang telah ada dalam
struktur anggaran, walaupun sebenarnya secara riil item tertentu sudah tidak
relevan lagi untuk digunakan pada periode sekarang. Dalam penyusunan anggaran
menggunakan sistem ini dilandasi atas alasan adanya orientasi sistem anggaran
yang dimaksudkan untuk mengontrol pengeluaran.
Ciri - Ciri Anggaran Tradisional
a.
Cara penyusunan anggaran yang didasarkan
atas pendekatan Incrementalism
b.
Struktur dan susun anggaran yang
bersifat line-item.
c.
Cenderung Sentralistis
d.
Bersifat spesifikasi
e.
Tahunan
f.
Menggunakan prinsip Anggaran bruto.
Kelemahan anggaran tradisional
Dilihat dari berbagai sudut pandang, metode
penganggaran tradisional memiliki beberapa kelemahan antara lain :
a.
Hubungan yang tidak memadai (terputus)
antara anggaran tahunan dengan rencana pembangunan jangka panjang.
b.
Pendekatan incremental menyebabkan
sejumlah besar pengeluaran tidak pernah diteliti secara menyeluruh
efektifitasnya.
c.
Lebih berorientasi pada input daripada
output. Hal tersebut menyebabkan anggaran tradisional tidak dapat dijadikan
sebagai alat untuk membuat kebijakan dan pilihan sumberdaya atau memonitor
kinerja. Kinerja dievaluasi dalam bentuk apakah dana telah habis dibelanjakan,
bukan apakah tujuan tercapai.
d.
Sekat-sekat antar departemen yang kaku
membuat tujuan nasional secara keseluruhan sulit dicapai.
e.
Proses anggaran terpisah untuk
pengeluaran rutin dan pengeluaran modal/investasi.
f.
Anggaran tradisional bersifat tahunan.
Anggaran tahunan tersebut sebenarnya terlalu pendek, terutama untuk proyek
modal dan hal tersebut dapat mendorong praktik-praktik yang tidak diinginkan
(korupsi dan kolusi).
g.
Sentralisasi penyiapan anggaran,
ditambah dengan informasi yang tidak memadai menyebabkan lemahnya perencanaan
anggaran. Akibatnya adalah munculnya budget pudding atau budgetary slack.
h.
Persetujuan anggaran yang terlambat,
sehingga gagal memberikan mekanisme pengendalian untuk pengeluaran yang sesuai,
seperti seringnya dilakukan revisi anggaran dan manipulasi anggran.
i.
Aliran informasi ( system informasi financial)
yang tidak memadai yang menjadi dasar mekanisme pengendalian rutin,
mengidentifikasi masalah dan tindakan.
C. Anggaran Publik dengan Pendekatan NPM
Era New Public Management
Sejak pertengahan
tahun1980-an telah terjadi perubahan management sector publik yang cukup
drastik dari system managemen tradisional yang terkesan kaku, birokratis, dan
hirarkis menjadi model managemen sector public yang fleksibel dan lebih
mengakomodasi pasar. Perubahan tersebut bukan sekedar perubahan kecil dan
sederhana. Perubahan tersebut telah mengubah peran pemerintah terutama dalam
hal hubungan antara pemerintah dengan masyarakat. Paradigma baru yang muncul
dalam managemen sector publik tersebut adalah pendekatan New Public Management.
Model New Public Management
mulai dikenal tahun 1980-an dan kembali popular tahun 1990-an yang mengalami
beberapa bentuk inkarnasi. New Publik
Management berfokus pada management sector publik yang berorientasi pada
kinerja, bukan berorientasi kebijakan. Penggunan paradigm New Public Management
tersebuit menimbulkan beberapa konsekuensi bagi pemerintah diantaranya adalah
tuntutan untuk melakukan efisiensi, pemangkasan biaya (cost cutting), dan
kompetisi tender.
Salah satu model
pemerintah diera New Public Management
adalah model pemerintahan yang diajukan oleh Osborne dan Gaebler (992) yang
tertuang dalam pandangannya yang dikenal dengan konsep “reinventing government” perspektif baru pemerintah menurut Osborne
dan Gaebler tersebut adalah:
a.
Pemerintahan
katalis : focus pada pemberian pengarahan bukan produksi
pelayanan public.
Pemerintah harus menyelesaikan beragam pelayanan
public, tetapi tidak harus terlibat langsung dengan proses produksinya
(producing). Sebaiknya pemerintah memfokuskan diri pada pemberian arahan ,
sedangkan produksi pelayanan public diserahkan pada pihak swasta dan atau
sector ketiga.
b.
Pemerintah
milik masyarakat : memberdayakan masyarakat daripada
melayani
Pemerintah seharusnya memberikan wewenang kepada
masyarakat sehinnga mereka mampu menjadi masyarakat yang dapat menolong dirinya
sendiri (self-help community), Sebagai misal, masalah keselamatan umum adalah
juga merupakan tanggungjawab masyarakat, tidak hanya kepolisian.
c.
Pemerintah
yang kompetitif: menyuntikkan semangat kompetisi dalam
pemberian pelayanan public.
Kompetisi adalah satu-satunya cara untuk menghemat
biaya sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan. Dengan kompetisi, banyak
pelayanan publik yang dapat ditingkatkan kualitasnya tanpa harus memperbesar
biaya. Misalnya pada pelayanan pos negara, pelayanan titipan kilat yang
disediakan menjadi relative semakin cepat dapipada kualitasnya di masa lalu.
d.
Pemerintah
yang digerakkan oleh misi : mengubah organisasi yang digerakkan
oleh peraturan menjadi organisasi yang digerakkan oleh misi.
Apa yang dapat dan tidak dapat dilaksanakan oleh
pemerintah diatur dalam mandatnya. Namun tujuan pemerintah bukanlah mandatnya
tetapi misinya.
e.
Pemerintah
yang berorientasi hasil : membiayai hasil bukan masukan.
Pada pemerintash tradisional, besarnya alokasi
anggaran pada suatu unit kerja ditentukan oleh kompleksitas masalah yang
dihadapi. pada akhirnya unit kerja tidak punya insentif untuk memperbaiki kinerjanya.
Pemerintah wirausaha berusaha mengubah bentuk
penghargaan dan insentif itu, yaitu membiayai hasil dan bukan masukan.
Pemerintah daerah wirausaha akan mengembangkan suatu standar kinerja yang
mengukur seberpa baik suatu unit kerja mampu memecahkan permasalahan yang
menjadi tanggungjawabnya.Semakin baik kinerjanya, semakin banyak pula dana yang
akan dialokasikan untuk mengganti semua dana yang telah dikeluarkan oleh unit
kerja tersebut.
f.
Pemerintah
berorientasi pada pelanggan : memenuhi kebutuhan pelanggan , bukan
birokrasi
Pemerintah tradisional seringkali salah dalam
mengidentifikasikan pelanggannya. Pemerintah seringkali menganggap bahwa
DPR/DPRD dan semua pejabat yang ikut dalam pembahasan anggaran adalah
pelanggannya. Padahal pelanggan yang
sebenarnya, yaitu masyarakat, akan cenderung dilupakan.
Pemerintah wirausaha tidak akan seperti itu. Ia akan
mengidintifikasikan pelanggan yang sesungguhnya. Mereka menciptakan system
pertanggungjawaban ganda (dual accountability) kepada legislatif dan
masyarakat. Dengan cara seperti ini, pemerintah tidak akan arogan tetapi secara
terus menerus akan berupaya untuk lebih memuaskan masyarakat.
g.
Pemerintahan
Wirausaha : mampu menciptakan pendapatan dan tidak sekedar
membelanjakan
Pemerintah tradisional cenderung tidak berbicara
tentang upaya untuk menghasilkan pendapatan dan aktivitasnya. Padahal. banyak
yang bisa dilakukan untuk menghasilkan pendapatan dari proses penyediaan
pelayanan publik.
Pemerintah daerah wirausaha dapat mengembangkan
beberapa pusat pendapatan, misalnya : BPS dan Bappeda, yang dapat menjual
informasi tentang daerahnya kepada pusat – pusat penelitian, BUMN/BUMD,
pemberian hak guna usaha yang menarik kepada para pengusaha dan masyarakat,
penyertaan modal, dan lain – lain
h.
Pemerintah
Antisipatif : berupaya mencegah daripada mengobati
Pemerintah tradisional yang birokrastis memusatkan
diri pada produksi pelayanan publik untuk memecahkan masalah publik. Pemerintah
birokratis cenderung bersifat reaktif, seperti suatu satuan pemadam kebakaran,
apabila tida ada kebakaran maka tidak akan ada upaya pemecahan.
Pemerintah
wirausaha tidak reaktif tetapi proaktif. Ia tidak hanya mencoba untuk mencegah
masalah, tetapi juga berupaya keras untuk mengantisipasi masa depan. Ia
menggunakan perencanaan strategis untuk menciptakan visi.
i.
Pemerintah
Desentralisasi : dari hirarkhi menuju partisipatif dan
tim kerja
Lima puluh tahun yang lalu, pemerintahan yang
sentralistis dan hierarkhis sangat diperlukan. Pengambilan keputusan harus
berasal dari pusat. Pada saat itu, sistem tersebut sangat cocok karena
teknologi informasi masih sangat primitif, komunikasi antar berbagai lokasi
masih lamban, dan aparatur pemerintah masih relatif belum terdidik (masih
sangat membutuhkan petunjuk langsung atas apa – apa yang harus dilakukan).
Tetapi pada saat sekarang, keadaan sudah berubah,
perkembangan teknologi sudah sangat maju, kebutuhan / keinginan masyarakat dan
bisnis sudah semakin kompleks, dan staf pemerintah sudah banyak yang
berpendidikan tinggi. Sekarang ini, pengambilan keputusan harus digeser ke
tangan masyarakat, asosiasi – asosiasi, pelanggan, dan lembaga swadaya masyarakat.
j.
Pemerintah
berorientasi pada (mekanisme) pasar : mengadakan perubahan
dengan mekanisme pasar (system insentif) dan bukan dengan mekanisme
administratif (sistem prosedur dan pemaksaan)
Ada dua cara alokasi sumberdaya, yaitu mekanisme pasar
dan mekanisme administratif. Dari keduanya, mekanisme pasar terbukti sebagai
yang terbaik dalam mengalokasi sumberdaya. Pasar tradisional menggunakan
mekanisme administratif , sedangkan pemerintah wirausaha menggunakan mekanisme pasar.
Dalam mekanisme administratif , pemerintah tradisional
menggunakan perintah dan pengendalian. Dalam mekanisme pasar, pemerintah
wirausaha tidak memerintahkan dan mengawasi tetapi mengembangkan dan
menggunakan system insentif agar orang tidak melakukan kegiatan – kegiatan yang
merugikan masyarakat.
Munculnya konsep New
Public Management berperngaruh langsung terhadap konsep anggaran publik.
Salah satu pengaruhnya adalah terjadinya perubahan sistem anggaran dari model
anggarann tradisional menjadi anggaran yang lebih berorientasi pada kinerja.
Perbandingan Anggaran
Tradasional dengan Berbasis Pendekatan NPM
Anggaran Tradasional
|
New Public Management
|
Sentralistis
|
Desentralisasi & devolved
management
|
Berorientasi pada input
|
Berorientasi pada input, output, dan outcome (value for money)
|
Tidak terkait dengan perencanaan jangka panjang
|
Utuh dan komprehensif dengan perencanaan jangka panjang
|
Line – item dan
incrementalism
|
Berdasarkan sasaran kinerja
|
Batasan departemen yang kaku (rigid
department)
|
Lintas departemen (cross
department)
|
Menggunakan aturan klasik : Vote
Accounting
|
Zero – Base Budgeting,
Planning Progamming Budgeting System
|
Prinsip anggaran bruto
|
Sistematik dan rasional
|
Bersifat tahunan
|
Bottom - up budgeting
|
Spesifik
|
D. Perubahan Pendekatan Anggaran
Reformasi sektor publik yang salah satunya ditandai
dengan munculnya era New Public
Management telah mendorong usaha untuk mengembangkan pendekatan yang lebih
sistematis dalam perencanaan anggaran sektor publik. Seiring dengan
perkembangan tersebut, muncul beberapa teknik penganggaran sektor publik,
misalnya adalah teknik anggaran kinerja (performance
budgeting), Zero Badget Budgeting (ZBB), dan Planing Progamming, and Budgeting System (PPBS).
Pendekatan baru dalam sistem anggaran publik tersebut
cenderung memiliki karakteristik umum sebagai berikut :
1.
Komprehensi / Komparatif
2.
Terintegrasi dan lintas departemen
3.
Proses pengambilan kepeutusan yang rasioanal
4.
Berjangka Panjang
5.
Spesifikasi tujuan dan perangkingan prioritas
6.
Analisis total cost dan benefit (termasuk opportunity cost)
7.
Berorientasi input, output, dan outcome, bukan sekedar input
8.
Adanya pengawasan kerja
E. Anggaran
Kinerja
Pendekatan kinerja disusun untuk mengatasi
kelemahan-kelemahan dalam anggaran
tradisional yang disebabkan oleh tidak adanya tolak ukur yang dapat digunakan
untuk mengukur kinerja dalam pencapaian tujuan dan sasaran pelayanan publik.
Penilaian kinerja didasarkan pada pelaksanaan value for money dan efiktivitas anggaran. Menurut pendekatan
anggaran kinerja, dominasi pemerintah akan dapat diawasi dan dikendalikan
melalui penerapan internal cost awareness,
audit keuangan, audit kinerja, serta evaluasi kinerja eksternal. Atas hal ini
maka diperlukan adanya program dan tolak ukur sebagai standar kinerja.
System anggaran kinerja pada dasarnya merupakan system
yang mencakup kegiatan penyusunan program dan tolak ukur kinerja sebagai
instrument untuk mencapai tujuan dan sasaran program. penerapan system anggaran
kinerja dalam penyususnan anggaran dimulai dengan perumusan program dan
penyususnan struktur organisasi pemerintah yang sesuai dengan program tersebut.
Kegiatan tersebut mencakup pula penentuan unit kerja yang bertanggung jawab
atas pelaksanaan program, serta penentuan indicator kinerja yang digunakan
sebagai tolak ukur dalam mencapai tujuan program yang telah ditetapkan.
F. Pendekatan Zero Based Budgeting (ZBB)
Konsep Zero
Based Budgeting (ZBB) dimaksudkan
untuk mengatasi kelemahan yang ada pada system anggaran tradisional yaitu
penyusunan anggaran yang bersifat line-item
dan incremental. ZBB tidak berpatokan pada anggaran tahun lalu
untuk menyusun anggaran tahun ini, penentuan anggaran didasarkan pada kebutuhan
saat ini.
Proses
implementasi ZBB terdiri dari 3 (tiga) tahap, yaitu :
a.
Identifikasi unit-unit keputusan
Setiap pusat pertanggungjawaban
merupakan unit pembuat keputusan yang salah satu fungsinya menyiapkan anggaran.
Suatu unit keputusan merupakan kumpulan dari unit-unit keputusan level yang
lebih kecil.
b.
Penentuan paket-paket keputusan
Paket keputusan
merupakan gambaran komprehensif mengenai bagian dari aktivitas organisasi atau
fungsi yang dapat dievaluasi secara individual. paket keputusan dibuat oleh
manajer yang harus menunjukkan detail estimasi biaya dan pendapatan yang
dinyatakan dalam bentuk pencapaian tugas dan perolehan manfaat. Ada dua jenis paket keputusan, yaitu :
1)
Paket keputusan mutually-exclusive
Adalah paket-paket keputusan
yang memiliki fungsi sama. Apabila dipilihsalah satu paket kegiatan atau
program, maka konsekuensinya adalah menolak semua alternative yang lain.
2)
Paket keputusan incremental
Paket ini
merefleksikan tingkat usaha yang berbeda (dikaitkan dengan biaya) dalam
melaksanakan aktivitas tertentu. Terdapat base
package yang menunjukkan tingkat minimal suatu kegiatan, dan paket lain
yang tingkat aktivitasnya lebih tinggi yang akan berpengaruh terhadap kenaikan
level aktivitas dan juga berpengaruh terhadap biaya. Setiap paket memiliki
biaya dan manfaat yang dapat ditabulasikan dengan jelas.
c. Meranking
dan mengevaluasi paket keputusan
Tahap ini merupakan
jembatan untuk menuju proses alokasi sumber daya di antara berbagai kegiatan
yang beberapa diantaranya sudah ada dan lainnya baru sama sekali.
Keunggulan dari Zero
Based Budgeting
a.
Jika ZBB dilaksanakan dengan baik maka
dapat menghasilkan alokasi sumber daya secara lebih efisien.
b.
ZBB berfokus padavalue for money
c.
Memudahkan untuk mengidentifikasi terjadinya
inefisiensi dan ketidakefektivan biaya.
d.
Meningkatkan partisipasi manajemen level
bawah dalam proses penyusunan anggaran.
e.
Merupakan cara yang sistematik utnuk
menggeser status quo dan mendorong
organisasi untuk selalu menguji alternative aktivitas dan pola perilaku biaya
serta tingkat pengeluaran.
Kelemahan dari Zero Based Budgeting
a.
Prosesnya memakan waktu lama (time customing), terlalu teoretis dan
tidak praktis, membutuhkan biaya yang besar, serta menghasilkan kertas kerja
yang menumpuk karena pembuatan paket keputusan.
b.
ZBB cenderung menekankan manfaat jangka
pendek.
c.
Implementasi ZBB membutuhkan teknologi
yang maju.
d.
Masalah dalam proses merangking dan
mereview paket keputusan.
e.
Untuk melakukan perangkingan paket
keputusan dibutuhkan staf yang memiliki keahlian yang mungkin tidak dimiliki
organisasi.
f.
Memungkinkan munculnya kesan yang keliru
bahwa semua paket keputusan harus masuk anggaran.
g.
Implementasi ZBB menimbulkan masalah
keperilakuan dalam organisasi.
G. Pendekatan
Planning, Programming and Budgeting
System (PPBS)
PPBS
merupakan teknik penganggaran yang didasarkan pada teori sistem yang
berorientasi pada output dan tujuan dengan penekanan utamanya adalah alokasi
sumber daya berdasarkan analisis ekonomi. Sistem anggaran PPBS tidak
mendasarkan pada struktur organisasi tradisional yang terdiri
daridivisi-divisi, namun berdasarkan program, yaitu pengelompokan aktivitas
untuk mencapai tujuan tertentu.
PPBS adalah salah satu model
penganggaran yang ditujukan untuk membantu manajemen pemerintah dalam membuat
keputusan alokasi sumber daya secara lebih baik. Hal tersebut disebabkan sumber
daya yang dimiliki pemerintah terbatas jumlahnya, sementara tuntutan masyarakat
tidak terbatas jumlahnya.
Langkah-langkah
implementasi PPBS meliputi:
a.
Menentukan tujuan umum organisasi dan
tujuan unit organisasi dengan jelas.
b.
Mengidentifikasi program-program dan
kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
c.
Mengevaluasi berbagai alternatif program
dengan menghitung cost-benefit dari masing-masing program.
d.
Pemilihan program yang memiliki manfaat
besar dengan biaya yang kecil.
e.
Alokasi sumber daya ke masing-masing
program yang disetujui.
f.
PPBS mensyaratkan organisasi menyusun
rencana jangka panjang. Kuncinya adalah bahwa program-program yang disusun
harus terkait dengan tujuan organisasi dan tersebar ke seluruh bagian
organisasi. Sistem pelaporan anggaran PPBS harus mampu melaporkan hasil
(manfaat) program bukan sekedar jumlah pengeluaran yang telah dilakukan.
Karakteristik PPBS
a.
Berfokus pada tujuan dan aktivitas (program)
untuk mencapai tujuan.
b.
Secara eksplisit menjelaskan implikasi
terhadap tahun anggaran yang akan datang karena PPB S berorientasi pada masa
datang.
c.
Mempertimbangkan semua biaya yang
terjadi.
d.
Dilakukan analisis secara sistematik
atas berbagai alternatif program, yang meliputi:
·
Identifikasi tujuan
·
Identifikasi secara sistematik
alternatif program untuk mencapai tujuan
·
Estimasi biaya total dari masing-masing
alternatif program
·
Estimasi manfaat (hasil) yang ingin
diperoleh dari masing-masing alternatif program.
Kelebihan PPBS
a.
Memudahkan dalam pendelegasian tanggung
jawab dari manajemen puncak ke manajemen menengah.
b.
Dalam jangka waktu panjang
dapatmengurangi beban kerja.
c.
Memperbaiki kualitas pelayanan melalui
pendekatan sadar biaya (cost-consciousness/cost
awareness) dalam perencanaan program.
d.
Lintas departemen sehingga dapat
meningkatkan komunikasi, koordinasi, dan kerja sama antar departemen.
e.
Menghilangkan program yang overlopping
atau bertentangan dengan pencapaian tujuan organisasi.
f.
PPBS menggunakan teori marginal
utility,sehingga mendorong alokasi sumber daya secara optimal.
Kelemahan
PPBS
a.
PPBS membutuhkan sistem yang canggih,
ketersediaan data, adanya sistem pengukuran, dan staf yang memiliki kapabilitas
tinggi.
b.
Implementasi PPBS membutuhkan biaya yang
besar karena PPBS membutuhkan teknologi yang canggih.
c.
PPBS bagus secara teori, namun sulit
untuk diimplementasikan.
d.
PPBS mengabaikan realitas politik dan
realitas organisasi sebagai kumpulan manusia yang kompleks.
e.
PPBS merupakan teknik anggaran yang statistically oriented. Penggunaan
statistik terkadang kurang tajam untuk mengukur keseluruhan efektivitas
program.
f.
Pengaplikasian PPBS menghadapi masalah
teknis. Hal ini terkait dengan sifat program dalam alokasi biaya. Sementara itu
sistem akuntansi dibuat berdasarkan departemen bukan program.
Masalah utama penggunaan ZBB dan PPBS
a.
Bounded rationality, keterbatasan dalam
menganalisis semua alternatif untuk melakukan aktivitas.
b.
Kurangnya data untuk membandingkan semua
alternatif, terutama untuk mengukur output.
c.
Masalah ketidakpastian sumber daya, pola
kebutuhan di masa depan, perubahan politik, dan ekonomi.
d.
Pelaksanaan teknik tersebut menimbulkan
beban pekerjaan yang sangat berat.
e.
Kesulitan dalam menentukan tujuan dan
perangkingan program terutama ketika terdapat pertentangan kepentingan ( conflict of interest).
f.
Seringkali tidak memungkinkan untuk
melakukan perubahan program secara cecepat dan tepat.
g.
Terdapat hambatan birokrasi dan
perlawanan politik yang besar untuk berubah (resistence to change).
h.
Pelaksanaan teknik tersebut sering tidak
sesuai dengan proses pengambilan keputusan politik. Politik berusaha membuat
pelaksanaan lebih “technocratic” yang
hal tersebut bisa mempengaruhi proses penganggaran.
i.
Pada akhirnya, pemerintah beroperasi
dalam dunia yang tidak rasional.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Anggaran sebagai alat perencanaan kegiatan publik yang dinyatakan dalam
satuan moneter sekaligus dapat digunakan sebagai alat pengendalian. Agar fungsi
pengendalian dan pengawasan dapat berjalan dengan baik, maka sistem anggaran
serta pencatatan atas penerimaan dan pengeluaran harus dilakukan dengan
cermat dan sistematis.
Terdapat dua pendekatan dalam penyusunan angaran sektor publik, yaitu
pendekatan tradisional dan pendekatan New
Public Management. Pendekatan NPM dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan
dari sistem tradisional. Anggaran dengan pendekatan NPM terdiri dari beberapa
jenis, yaitu anggaran kinerja, ZBB, dan PPBS. Anggaran dengan pendekatan NPM
sangat menekankan pada konsep value for
money dan pengawasan atas kinerja output.
Perubahan dari sistem anggaran tradisional menuju sistem anggaran dengan
pendekatan NPM merupakan bagian penting dari reformasi anggaran. Reformasi
anggaran sektor publik dilakukan untuk menjadikan anggaran lebih berorientasi
pada kepentingan publik dan menekankan value
for money. Beberapa jenis anggatan dengan pendekatan NPM, seperti ZBB,
PPBS, dan Anggaran Kinerja perlu dikaji lebih mendalam sebelum diaplikasikan,
karena pada masing-masing jenis anggaran tersebut memiliki kelebihan dan
kelemahan. Penerapan sistem anggaran juga perlu mempertimbangkan aspek sosial,
kultural, dan kesiapan teknologi yang dimiliki oleh pemerintah.
Saran
Saran yang dapat kami
kemukakan setelah menyusun makalah Jenis-Jenis Anggaran Sektor Publik adalah Dalam penyusunannya, anggaran harus
transparansi baik dalam bentuk penerimaan maupun pengeluaran dan anggaran dapat
dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya demi mencapai mencapai tujuan organisasi
yaitu mensejahterakan masyarakat.
Daftar Pustaka
Halim, Abdul dan M. Syam Kusufi. 2012. Akuntansi Sektor Publik:
akuntansi keuangan daerah, edisi
ke-4. Jakarta: Salemba Empat.
0 comments:
Post a Comment